PERJUANGAN
Perjuangan MABMI mencakup seluruh kepentingan umat Melayu di dunia ini. Selama ini perjuangan orang-orang Melayu terjadi secara alamiah di bawah bimbingan Allah. Perjuangan tersebut mencakup aspek kepentingan material dan spiritual.
Sesuai dengan cita-cita bangsa, bahwa MABMI dibentuk berdasarkan kenyataan pentingnya kemerdekaan. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh karena itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadlilan.
Pada masa sekarang ini, bangsa Melayu sebahagian besar telah merdeka dari penjajahan bangsa-bangsa lainnya. Orang-orang Melayu telah membentuk negara-negara bangsa, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, juga sebagai warga dari negara bangsa Thailand, Filipina, Kamboja, Myanmar, bahkan sampai ke Bangladesh, Afrika Selatan, Suriname, Madagaskar, dan lain-lainnya. Selain dari kemerdekaan dalam konteks berbangsa dan bernegara, MABMI juga berusaha sedaya upaya untuk memerdekakan segenap umat Melayu merdeka dalam berpikir, bertindak, berusaha secara ekonomis, dan menghasilkan peradabannya, tanpa kooptasi dan pemaksaan dari sekelompok manusia atau bangsa lain kepada umat Melayu.
Dalam konteks perjuangan kemerdekaan ini, MABMI turut aktif membela bangsa-bangsa atau kelompok manusia yang terjajah, seperti bangsa Palestina. Dalam hal ini, MABMI memberikan masukan kepada pemerintah Indonesia, termasuk juga pemerintahan negara-negara rumpun Melayu untuk terus memberikan dukungan perjuangan kepada rakyat Palestina untuk merdeka dan menjadi bangsa yang berdaulat. Demikian pula sistem politik yang anti kepada kemanusiaan universal diusahakan untuk tidak lagi dianut oleh kelompok manusia di manapun di dunia ini.
Perjuangan MABMI lainnya adalah memperjuangkan bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa internasional. Bahasa ini digunakan oleh lebih dari 300 juta penduduk bumi, yang dipraktikkan sebagai bahasa sehari-hari, bahasa kebangsaan, bahasa pengantar (lingua franca), bahasa resmi negara, bahasa sains, dan lainnya. MABMI berjuang untuk memasukkan bahasa Melayu (Indonesia, Melayu Malaysia, Melayu Brunai, Melayu diaspora) sebagai salah satu bahasa inrternasional di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dalam konteks Indonesia, bahasa Melayu (yang disebut bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara dan bahasa pengantar semua suku bangsa yang ada di Indonesia), perlu dikaji, diteliti, dikembangkan, dan disosialisasikan bagi masyarakat pendukungnya, yang diiktiraf berdasarkan aspek yuridis.
Perjuangan MABMI lainnya adalah memberdayakan (empowering) perekonomian rakyat di Indonesia dan juga Dunia Melayu. Seiring dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), maka masyarakat Dunia Melayu perlu bekerjasama dalam membangun ekonominya, yang berbasis pada ekonomi kerakyatan, bukan ekonomi liberal, atau ekonomi neoliberal. Rakyat menjadi tumpuan utama dalam membangun perekonomian. Dalam konteks Indonesia, yang terpenting adalah mengaplikasikan sistem ekonomi Indonesia seperti yang termaktub di dalam Undang-undang dasar 1945, khususnya pasal 33 tentang perekonomian. MABMI aktif membantu usaha-usaha perekonomian masyarakat di seluruh kawasan Melayu dalam berusaha di berbagai bidang, seperti: pertanian, pengelolaan bakau, industri perikanan, usaha kelautan (maritim), usaha kuliner, indutri hulu dan hilir, dan lain-lainnya, seperti yang dilakukan di Sumatera Utara, penanaman "seribu" pohon yang bernilai ekonomis.
Perjuangan lainnya adalah pentingnya mendudukkan permasalahan hak-hak ulayat umat Melayu, untuk diberikan wewenag dan kedaulatannya kepada orang-orang yang berhak. Dalam hal ini MABMI sudah berusaha sekuat daya untuk meminta hak orang-orang Melayu terhadap tanah-tanah yang menjadi hak dan milik mereka, baik ditinjau dari sisi hukum, adat, maupun sejarah.
Perjuangan MABMI lainnya adalah memberikan masukan kepada pemerintah Indonesia untuk menyertakan secara aktif putra dan putri Melayu, terutama di wilayah budaya Melayu, menjadi pelaku pembangunan. Misalnya di bidang BUMN, Kepolisian, pendidikan (baik dasar, menengah, sampai perguruan tinggi), dan lainnya--dengan berdasar kepada nilai-nilai integrasi kebangsaan, filsafat pancasila, kearifan lokal, dan ketahanan nasional yang kita bina dari masa ke masa.
Perjuangan MABMI mencakup seluruh kepentingan umat Melayu di dunia ini. Selama ini perjuangan orang-orang Melayu terjadi secara alamiah di bawah bimbingan Allah. Perjuangan tersebut mencakup aspek kepentingan material dan spiritual.
Sesuai dengan cita-cita bangsa, bahwa MABMI dibentuk berdasarkan kenyataan pentingnya kemerdekaan. Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh karena itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadlilan.
Pada masa sekarang ini, bangsa Melayu sebahagian besar telah merdeka dari penjajahan bangsa-bangsa lainnya. Orang-orang Melayu telah membentuk negara-negara bangsa, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, juga sebagai warga dari negara bangsa Thailand, Filipina, Kamboja, Myanmar, bahkan sampai ke Bangladesh, Afrika Selatan, Suriname, Madagaskar, dan lain-lainnya. Selain dari kemerdekaan dalam konteks berbangsa dan bernegara, MABMI juga berusaha sedaya upaya untuk memerdekakan segenap umat Melayu merdeka dalam berpikir, bertindak, berusaha secara ekonomis, dan menghasilkan peradabannya, tanpa kooptasi dan pemaksaan dari sekelompok manusia atau bangsa lain kepada umat Melayu.
Dalam konteks perjuangan kemerdekaan ini, MABMI turut aktif membela bangsa-bangsa atau kelompok manusia yang terjajah, seperti bangsa Palestina. Dalam hal ini, MABMI memberikan masukan kepada pemerintah Indonesia, termasuk juga pemerintahan negara-negara rumpun Melayu untuk terus memberikan dukungan perjuangan kepada rakyat Palestina untuk merdeka dan menjadi bangsa yang berdaulat. Demikian pula sistem politik yang anti kepada kemanusiaan universal diusahakan untuk tidak lagi dianut oleh kelompok manusia di manapun di dunia ini.
Perjuangan MABMI lainnya adalah memperjuangkan bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa internasional. Bahasa ini digunakan oleh lebih dari 300 juta penduduk bumi, yang dipraktikkan sebagai bahasa sehari-hari, bahasa kebangsaan, bahasa pengantar (lingua franca), bahasa resmi negara, bahasa sains, dan lainnya. MABMI berjuang untuk memasukkan bahasa Melayu (Indonesia, Melayu Malaysia, Melayu Brunai, Melayu diaspora) sebagai salah satu bahasa inrternasional di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dalam konteks Indonesia, bahasa Melayu (yang disebut bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara dan bahasa pengantar semua suku bangsa yang ada di Indonesia), perlu dikaji, diteliti, dikembangkan, dan disosialisasikan bagi masyarakat pendukungnya, yang diiktiraf berdasarkan aspek yuridis.
Perjuangan MABMI lainnya adalah memberdayakan (empowering) perekonomian rakyat di Indonesia dan juga Dunia Melayu. Seiring dengan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), maka masyarakat Dunia Melayu perlu bekerjasama dalam membangun ekonominya, yang berbasis pada ekonomi kerakyatan, bukan ekonomi liberal, atau ekonomi neoliberal. Rakyat menjadi tumpuan utama dalam membangun perekonomian. Dalam konteks Indonesia, yang terpenting adalah mengaplikasikan sistem ekonomi Indonesia seperti yang termaktub di dalam Undang-undang dasar 1945, khususnya pasal 33 tentang perekonomian. MABMI aktif membantu usaha-usaha perekonomian masyarakat di seluruh kawasan Melayu dalam berusaha di berbagai bidang, seperti: pertanian, pengelolaan bakau, industri perikanan, usaha kelautan (maritim), usaha kuliner, indutri hulu dan hilir, dan lain-lainnya, seperti yang dilakukan di Sumatera Utara, penanaman "seribu" pohon yang bernilai ekonomis.
Perjuangan lainnya adalah pentingnya mendudukkan permasalahan hak-hak ulayat umat Melayu, untuk diberikan wewenag dan kedaulatannya kepada orang-orang yang berhak. Dalam hal ini MABMI sudah berusaha sekuat daya untuk meminta hak orang-orang Melayu terhadap tanah-tanah yang menjadi hak dan milik mereka, baik ditinjau dari sisi hukum, adat, maupun sejarah.
Perjuangan MABMI lainnya adalah memberikan masukan kepada pemerintah Indonesia untuk menyertakan secara aktif putra dan putri Melayu, terutama di wilayah budaya Melayu, menjadi pelaku pembangunan. Misalnya di bidang BUMN, Kepolisian, pendidikan (baik dasar, menengah, sampai perguruan tinggi), dan lainnya--dengan berdasar kepada nilai-nilai integrasi kebangsaan, filsafat pancasila, kearifan lokal, dan ketahanan nasional yang kita bina dari masa ke masa.